Ilustrasi |
“Apabila
engkau berada di tengah-tengah suatu kaum maka pililhlah orang-orang yang balk
sebagai sahabat, dan janganlah engkau bersahabat dengan orang-orang jahat
sehingga engkau akan binasa bersamanya“
Wanita
adalah bagian dari kehidupan manusia, sehingga dia tak akan pernah lepas dari
pola interaksi dengan sesama. Terlebih dominasi perasaan yang melekat pada
dirinya, membuat dia butuh teman tempat mengadu, tempat bertukar pikiran dan
bermusyawarah. Berbagai problem hidup yang dialami menjadikan dia berfikir
bahwa, meminta pendapat, saran dan nasehat teman adalah suatu hal yang perlu.
Maka teman sangat vital bagi kehidupannya, siapa sih yang tidak butuh teman
dalam hidup ini..?.
Namun
wanita muslimah adalah wanita yang dipupuk dengan keimanan dan dididik dengan
pola interaksi Islami. Maka pandangan Islam dalam memilih teman adalah
barometernya, karena dirinya sadar, teman yang baik (shalihah) memiliki
pengaruh besar dalam menjaga keistiqomahan agamanya. Selain itu teman shalihah
adalah sebenar-benar teman yang akan membawa mashlahat dan manfaat. Maka dalam
pergaulannya dia akan memilih teman yang baik dan shalihah, yang benar-benar
memberikan kecintaan yang tulus, selalu memberi nasihat, tidak curang dan menunjukan
kebaikan. Karena bergaul dengan wanita-wanita shalihah dan menjadikannya
sebagai teman selalu mendatangkan manfaat dan pahala yang besar, juga akan
membuka hati untuk menerima kebenaran. maka kebanyakan teman akan jadi teladan
bagi temannya yang lain dalam akhlak dan tingkah lake. Seperti ungkapan “Janganlah
kau tanyakan seseorang pada orangnya, tapi tanyakan pada temannya. karena
setiap orang mengikuti temannya“.
Bertolak
dari sinilah maka wanita muslimah senantiasa dituntut untuk dapat memilih teman,
juga lingkungan pergaulan yang tak akan menambah dirinya melainkan ketakwaan
dan keluhuran jiwa. Sesungguhnya Rasulullah juga telah menganjurkan untuk
memilih teman yang baik (shalihah) dan berhati-hati dari teman yang jelek.
Hal
ini telah dimisalkan oleh Rasulullah melalui ungkapannya:
“Sesungguhnya
perumpamaan teman yang baik (shalihah) dan teman yang jahat adalah seperti
pembawa minyak wangi dan peniup api pandai besi. Pembawa minyak wangi mungkin
akan mencipratkan minyak wanginya itu atau engkau menibeli darinya atau engkau
hanya akan mencium aroma harmznya itu. Sedangkan peniup api tukang besi mungkin
akan membakar bajumu atau engkau akan mencium darinya bau yang tidak sedap“.
(Riwayat Bukhari, kitab Buyuu’, Fathul Bari 4/323 dan Muslim kitab Albir
4/2026)
Dari
petunjuk agamanya, wanita muslimah akan mengetahui bahwa teman itu ada dua
macam. Pertama, teman yang shalihah, dia laksana pembawa minyak wangi yang
menyebarkan aroma harum dan wewangian. Kedua teman yang jelek laksana peniup
api pandai besi, orang yang disisinya akan terkena asap, percikan api atau
sesak nafas, karena bau yang tak enak.
Maka
alangkah bagusnya nasehat Bakr bin Abdullah Abu Zaid, ketika baliau berkata,” Hati-hatilah
dari teman yang jelek …!, karena sesungguhnya tabiat itu suka meniru, dan
manusia seperti serombongan burung yang mereka diberi naluri untuk meniru
dengan yang lainnya. Maka hati-hatilah bergaul dengan orang yang
seperti itu, karena dia akan celaka, hati- hatilah karena usaha preventif lebih
mudah dari pada mengobati “.
Maka
pandai-pandailah dalam memilih teman, carilah orang yang bisa membantumu untuk
mencapai apa yang engkau cari . Dan bisa mendekatkan diri pada Rabbmu,
bisa memberikan saran dan petunjuk untuk mencapai tujuan muliamu.
Maka
perhatikanlah dengan detail teman-temanmu itu, karena teman ada bermacam-macam
1.ada
teman yang bisa memberikan manfaat
2.ada
teman yang bisa memberikan kesenangan (kelezatan)
3.dan
ada yang bisa memberikan keutamaan.
Adapun
dua jenis yang pertama itu rapuh dan mudah terputus karena terputus
sebab-sebabnya.Adapun jenis ketiga, maka itulah yang dimaksud persahabatan
sejati. Adanya interaksi timbal balik karena kokohnya keutamaan masing-masing
keduanya. Namun jenis ini pula yang sulit dicari. (Hilyah Tholabul ‘ilmi,
Bakr Abdullah Abu Zaid halarnan 47-48)
Memang
tidak akan pernah lepas dari benak hati wanita muslimah yang benar-benar sadar
pada saat memilih teman, bahwa manusia itu seperti barang tambang, ada
kualitasnya bagus dan ada yang jelek. Demikian halnya manusia, seperti dijelaskan
Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam :
” Manusia
itu adalah barang tambang seperti emas dan perak, yang paling baik diantara
mereka pada zaman jahiliyyah adalah yang paling baik pada zaman Islam jika
mereka mengerti. Dan ruh-ruh itu seperti pasukan tentara yang dikerahkan, yang
saling kenal akan akrab dan yang tidak dikenal akan dijauhi ” (Riwayat
Muslim)
Wanita
muslimah yang jujur hanya akan sejalan dengan wanita-wanita shalihah, bertakwa
dan berakhlak mulia, sehingga tidak dengan setiap orang dan sembarang orang dia
berteman, tetapi dia memilih dan melihat siapa temannya. Walaupun memang, jika
kita mencari atau memilih teman yang benar-benar bersih sama sekali dari aib,
tentu kita tidak akan mendapatkannya. Namun, seandainya kebaikannya itu lebih
banyak daripada sifat jeleknya, itu sudah mencukupi.
Maka
Syaikh Ahmad bin ‘Abdurrahman bin Qudamah al-Maqdisi atau terkenal dengan nama
Ibnu Qudamah AlMaqdisi memberikan nasehatnya juga dalam memilih teman: “Ketahuilah,
bahwasannya tidak dibenarkan seseorang mengambil setiap orang jadi sahabatnya,
tetapi dia harus mampu memilih kriteria-kriteria orang yang dijadikannya teman,
baik dari segi sifat-sifatnya, perangai-perangainya atau lainnya yang bisa
menimbulkan gairah berteman sesuai pula dengan manfaat yang bisa diperoleh dari
persahabatan tersebut itu. Ada manusia yang berteman karena tendensi dunia,
seperti karena harta, kedudukan atau sekedar senang melihat-lihat dan bisa
ngobrol saja, tetapi itu bukan tujuan kita.
Ada pula
orang yang berteman karena kepentingan Dien (agama), dalarn hal inipun ada yang
karena ingin mengambil faidah dari ilmu dan amalnya, karena kemuliaannya atau
karena mengharap pertolongan dalam berbagai kepentingannya. Tapi, kesimpulan
dari semua itu orang yang diharapkan jadi teman hendaklah memenuhi lima
kriteria berikut; Dia cerdas (berakal), berakhlak baik, tidak fasiq, bukan ahli
bid’ah dan tidak rakus dunia. Mengapa harus demikian ?, karena kecerdasan
adalah sebagai modal utama, tak ada kabaikan jika berteman dengan orang dungu,
karena terkadang ia ingin menolongmu tapi malah mencelakakanmu. Adapun orang
yang berakhlak baik, itu harus. Karena terkadang orang yang cerdaspun kalau
sedang marah atau dikuasai emosi, dia akan menuruti hawa nafsunya. Maka tak
baik pula berteman dengan orang cerdas tetapi tidak berahlak. Sedangkan orang fasiq,
dia tidak punya rasa takut kepada Allah. Dan barang siapa tidak takut pada
Allah, maka kamu tidak akan aman dari tipu daya dan kedengkiannya, Dia juga
tidak dapat dipercaya. Kalau ahli bid’ah jika kita bergaul dengannya
dikhawatirkan kita akan terpengaruh dengan jeleknya kebid’ahannya itu. (Mukhtasor Minhajul Qasidin,
Ibnu Qudamah hal 99).
Maka
wanita muslimah yang benar-benar sadar dan mendapat pancaran sinar agama, tidak
akan merasa terhina akibat bergaul dengan wanita-wanita shalihah meskipun secara
lahiriyah, status sosial clan tingkat materinya tidak setingkat. Yang menjadi
patokan adalah substansi kepribadiannya dan bukan penampilan dan kekayaan atau
lainnya. “Pergaulan anda dengan orang mulia menjadikan anda termasuk
golongan mereka, karenanya janganlah engkau mau bersahabat dengan selain mereka“.
Oleh
karena itu datang petunjuk Al Qur’an yang menyerukan hal itu :
“Dan
bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya dipagi dan
disenja hari dengan mengharap keridhoan-Nya. Dan janganlah kedua matamu
berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini. Dan
janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat
Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”
(Al-Kahfi:28)
Sumber: https://qurandansunnah.wordpress.com/2009/10/16/bagaimanakah-memilih-teman-yang-baik/
0 komentar:
Posting Komentar